watch sexy videos at nza-vids!
WWW.CERITAINDO.SEXTGEM.COM

Find us On Facebook and Twitter
facebook.jpg | twitter.jpg

Cerita sexs
Petualangan villa cinta

Pagi-pagi benar handphone-ku sudah bunyi. Aku
sedikit kesal dan malas bangun dari tempat tidurku.
Tapi bunyinya itu tidak kurang keras, aku malah
tidak bisa tidur lagi. Akhirnya aku paksakan juga
berdiri dan lihat siapa yang call aku pagi-pagi begini.
Eh, tidak tahunya temanku Vivie. Aku sedikit ketus
juga menjawabnya, tapi langsung berubah waktu
aku tahumaksudnya. Si Vivi mengajakku ikut bareng
cowoknya ke vilanya tidak terlalu jauh dari
tempatku.Aku sih setuju sekali sama ajakan itu,
terus aku tanya, apa aku boleh ajak cowokku. Si Vivi
malah tertawa, katanya ya jelas dong, memang
harusnya begitu. Rencananya kami bakal pergi
besok sore dan kumpul dulu di rumahku.
Singkat cerita kami berempat sudah ngumpul di
rumahku. Kami memang sudah saling kenal,
bahkan cukup akrab. Alf, cowoknya Vivie teman
baik Ricky cowokku. Oh ya, aku belum mengenali
aku sendiri ya, namaku Selvie, umurku sekarang 17
tahun, sama-sama Si Vivie, Ricky cowokku
sekarang 19 tahun, setahun lebih tua dari Alf
cowoknya Vivie. Oke, lanjut ke cerita. Kami
berempat langsung cabut ke villanya Vivie. Sekitar
setengah jam kami baru sampai. Aku sama Vivie
langsung beres-beres, menyimpani barang-barang
dan menyiapkan kamar. Ricky sama Si Alflagi main
bola di halaman villa. Mereka memang pecandu
bola, dan kayaknya tidak bakalan hidup kalau sehari
saja tidak menendang bola.
Villa itu punya tiga kamar, tapi yang satu dipakai
untuk menyimpani barang-barang. Mulanya aku
atur biar aku sama Vivie sekamar, Ricky sama Alf di
kamar lain. Tapi waktu aku beres-beres, Vivie
masuk dan ngomong kalau dia mau sekamar sama
Si Alf. Aku kaget juga, nekad juga ini anak. Tapi aku
pikir-pikir, kapan lagi aku bisa tidur bareng Si Ricky
kalau tidak di sini. Ya tidak perlu sampai gitu-gituan
sih, tapi kan asik juga kalau bisa tidur bareng dia,
mumpung jauhdari bokap dan nyokap-ku. Hehehe,
mulai deh omes-ku keluar. Oke, akhirnya aku
setuju, satu kamar buat Alf dan Vivie, satu kamar
lagi buat Ricky sama aku.
Sore-sore kami makan bareng, terus menjelang
malam, kami bakar jagung di halaman. Asik juga
malam-malam bakar jagung ditemani cowokku lagi.
Wah, benar-benar suasananya mendukung.
Hehehe, aku mulai mikir yang macam-macam, tapi
malu kan kalau ketahuan sama Si Ricky. Makanya
aku tetap diam pura-pura biasa saja. Tapi Si Vivie
kayaknya memperhatikan aku, dan dia nyengir ke
aku, terus gilanya lagi, dia ngomong gini, "Wah...
sepertinya suasana gini tidak bakalan ada di
Bandung. Tidak enak kalau dilewatin gitu saja ya."
Aku sudah melotot ke arah dia, tapi dia malah
nyengir-nyengir saja, malah dia tambahin lagi
omongannya yang gila benar itu, "Alf, kayaknya di
sini terlalu ramai, kita jalan-jalan yuk!" Aku sudah
tidak tahu harus apa, eh Si Alf juga samanya, dia
setuju sama ajakan Si Vivie, dan sebelum pergi di
ngomong sama Ricky, "Nah, sekarang elu harus
belajar bagaimana caranya nahan diri kalau elu
cuma berdua sama cewek cakep kayak Si Selvie."
Aku cuma diam, malu juga dong disepet-sepet
kayak gitu.
Aku lihati Si Alf sama Si Vivie, bukannya jalan-jalan
malahan masuk ke villa. Aku jadi tidak tahu harus
ngapain, aku cuma diam, semoga saja Ricky punya
bahan omongan yang bisa diomongin. Eh,
bukannya ngomong, dia malah diam juga, aku jadi
benar-benar bingung. Apa aku harus tetap begini
atau nyari-nyari bahan omongan. Akhirnya aku
tidak tahan, baru saja aku mau ngomong, eh... Si
Ricky mulai buka mulut, "Eh... kamu tidak dingin?"
Duer... Aku kaget benar, tidak jadi deh aku mau
ngomong, sebenernya aku memang mau
ngomong kalau di sini itu dingin dan aku mau ajak
dia ke dalam. Tapi tidak jadi, aku tidak sadar malah
aku geleng-geleng kepala. Ricky ngomong lagi,
"Kalau tidak dingin, mau dong kamu temenin aku di
sini, lihat bulan dan bintang, dan... bintang jatuh itu
lihat...!" Ricky tiba-tiba teriak sambil menunjuk ke
langit. Akukontan berdiri kaget sekali, bukan sama
bintang jatuhnya, tapi sama teriakan Si Ricky,
aduh... malu benar jadinya. Ricky ikutan berdiri, dia
rangkul aku dari belakang, "Sorry, aku tidak punya
maksud ngagetin kamu. Cuma aku seneng saja bisa
lihat bintang jatuh bareng kamu."Aku cuma bisa
diam, tidak biasanya Ricky segini warm-nya sama
aku. Dia malah tidak pernah peluk aku seerat ini
biasanya. Aku tengok arlojiku, jam 11.00 malam.
Kuajak Ricky ke dalam, sudah malam sekali. Dia
setuju sekali, begitu masuk ke villa kami disambut
sama bunyi pecah dari lantai atas. Kontan saja kami
lari ke atas melihat ada apa di atas. Ricky sampai
duluan ke lantai atas, dan di nyengir, terus dia ajak
aku turun lagi, tapi aku masih penasaran, memang
ada apa di atas. Waktu aku mau ketuk pintu kamar
Vivie, tiba-tiba ada teriakan lembut, "Aw... ah...
pelan-pelan donk!" Gila aku kaget setengah mati, tapi
tanganku sudahkeburu ngetuk pintu. Terus
kedengaran bunyi gedubrak-gedubrak di dalam.
Pintu dibuka sedikit, Alf nongol sambil nyengir,
"Sorry, ngeganggu kalian ya? tidak ada apa-apa kok
kami cuma..."Aku dorong pintunya sedikit, dan aku
lihat Si Vivie lagi sibuk nutupi badannya pakai
selimut. Dia nyengir, tapi mukanya merah benar,
malu kali ya. Aku langsung nyengir, "Ya sudah,
lanjutin saja, kami tidak keganggu kok."
Terus aku ajak Ricky ke bawah. Ricky nyengir,
"Siapa coba yang tidak bisa nahan diri, hehehe."
Tiba-tiba ada sandal melayang ke arah Ricky, tapi dia
langsung ngelak sambil nyengir, terus buru-buru
lari ke bawah. Aku ikut-ikutan lari sambil ketawa-
ketiwi, dan kami berdua duduk di sofa sambil
mendengarkan lagu di radio. Tidak lama kedengaran
lagi suara-suara dari atas.Aku tidak tahan dan
langsung nunduk menahan ketawa. Gila, bisa-
bisanya mereka berdua meneruskan juga olah raga
malamnya, padahal sudah jelas-jelas kepergok
sama kami berdua. Eh, di luar dugaan aku, Ricky
bediri dan mengajakku slow-dance, kebetulan lagu
di radio itu lagu saat Ricky ngajak aku jadian. Aku
jadi ingat bagaimana deg-degannya waktu Ricky
ngomong, dan bagaimana aku akhirnya menerima
dia setelah tiga bulan dia terus nunggui aku. Ricky
memang baik, dan dia benar-benar setia
menungguiku.
Selesai dance, Ricky tanya lagi, "Eh kalau mereka
berdua ketiduran, aku tidur dimana? memang tidur
sama barang-barang?" aku malu sekali, bagaimana
ngomongnya. Tapi akhirnya akubuka mulut, "Kita...
kita tidur berdua." Wah lega sekali waktu omongan
itu sudah keluar. Tapiaku takut juga, bagaimana ya
reaksi Si Ricky. Eh tahunya dia malah nyengir, "Oke
deh kalau kamu tidak masalah. Sebenernya aku juga
sudah ngantuk sih, aku tidur sekarang ya." Aku jadi
salah tingkah, Ricky naik ke lantai atas dan tidak
sengaja aku panggil dia, "Eh... tunggu!" Ricky
berbalik, dia nyengir, "Oke... oke... ayo naik, tidak
bagus anak cewek sendirian malam-malam gini."
Aku sedikit canggung juga sih, baru kali ini aku tidur
seranjang sama cowok, tapi lama-lama hilang juga.
Kami berdua tidak ngapa-ngapain, cuma diam tidak
bisa tidur. Dari kamar sebelah masih kedengaran
suara Vivie yang mendesah dan menjerit, dan
sepertinya itu juga yang bikin Ricky terangsang. Dia
mulai berani remas-remas jariku. Aku sih tidak
nolak, toh dia khan cowokku. Tapi aku kaget sekali,
Ricky duduk terus sebelum aku tahu apa yang bakal
dia lakukan,bibirku sudah dilumatnya. Aku mau
nolak, tapi kayaknya badan malah kepingin. So, aku
biarkan dia cium aku, terus aku balas ciumannya
yang semakin lama semakin buas.
Baru saja aku mulai nikmati bibirnya yang hangat di
bibirku, aku merasa ada yang meraba tubuhku,
disusul remasan halus di dadaku. Aku tahu itu Ricky,
aku tidak menolak. Aku biarkan dia main-main
sebentar di sana. Ricky makin berani, dia angkat
badanku dan diduduki di pinggir ranjang. Dia cium
aku sekali lagi, terus dia mau buka pakaian tidurku.
Aku tahan tangannya, ada sedikit penolakan di
kepalaku, tapi badanku kayaknya sudah kebelet ingin
mencoba, kayak apa sih nge-sex itu. Akhirnya
tanganku lemas, aku biarkan Ricky buka pakaianku,
dia juga buka baju dan celananya sendiri. Dia cuma
menyisakan celana dalam putihnya. Aku lihat
penisnya yang membayang di balik celana
dalamnya, tapi aku malu melihati lama-lama, so aku
ganti lihat badannya yang lumayan jadi. Mungkin
karena olahraganya yang benar-benar rajin.
Aku tidak tahu apa aku bisa tahan memuaskan
Ricky, soalnya aku tahu sendiri bagaimana
staminanya waktu dia main bola. 2x45 menit dia lari,
dan dia selalu kuat sampai akhir. Aku tidak
terbayang bagaimana aksinya di ranjang, jangan-
jangan aku harus menerima kocokannya2x45
menit. Gila, kalau gitu sih aku bisa pingsan.
Waktu aku berhenti memikirkan stamina dia dan
aku, aku baru sadar kalau bra-ku sudah dilepasnya.
Sekarang dadaku telanjang bulat. Aku malu
setengah mati, mana Ricky mulai meremas dadaku
lagi, yah pokoknya aku tidak tahu harus bagaimana,
aku cuma diam, merem siap menerima apa saja
yang bakal dia lakukan. Tiba-tiba remasan itu
berhenti, tapi ada sesuatu yang hangat di sekitar
dadaku, terus berhenti di putingku. Aku melek
sebentar, Ricky asik menjilati putingku sambil
sesekali mengisap-ngisap. Aku makin malu, mana
ini baru pertama kali aku telanjang di depan cowok,
apalagi dia bukan adik atau kakakku. Wah benaran
malu deh.
Lama-lama aku mulai bisa menikmati bagaimana
enaknya permainan lidah Ricky di dadaku, aku mulai
berani buka mata sambil melihat bagaimana Ricky
menjelajahi setiap lekuk tubuhku. Tapi tiba-tiba aku
dikagetkan sesuatu yang menyentuh
selangkanganku. Tepat di bagian vaginaku. Aku tidak
sadar mendesah panjang. Rupanya Ricky sudah
menelanjangiku bulat-bulat. Kali ini jarinya
mengelus-elus vaginaku yang sudah basah sekali.
Dia masih terus menjilati puting susuku yang sudah
mengeras sebelum akhirnya dia pindah ke
selangkanganku.
Aku menarik nafas dalam-dalam waktu lidahnya
yang basah dan hangat pelan-pelan menyentuh
vaginaku naik ke klitoris-ku, dan waktu lidahnya itu
menyentuh klitoris-ku, aku tidak sadar mendesah
lagi, dan tanganku tidak sengaja menyenggol gelas
di meja dekat ranjangku. Lalu "Prang..." gelas
akhirnya pecah juga. Ricky berhenti, kayaknya dia
mau memberesi pecahan kacanya. Tapi entah
kenapa, mungkin karena aku sudah larut dalam
nafsu, aku malah pegang tangannya terus aku
menggeleng, "Barkan saja, nanti aku beresin.
Lanjutin... please..."
Sesudah itu aku lihat Ricky nyengir, terus diciumnya
bibirku dan dia melanjutkan permainannya di
selangkanganku. Ricky benar-benar jago mainkan
lidahnya, benar-benar bikin aku merem-melek
keenakan. Terus di mulai melintir-melintir klitorisku
pakai bibirnya. Aku seperti kesetrum tidak tahan, tapi
Ricky malah terus-terusan melintir-melintiri
"kacang"-ku itu. "Euh... ah... ah... ach... aw..." aku
sudah tidak tahu bagaimana aku waktu itu, yang
jelas mataku buram, semua serasa mutar-mutar.
Badanku lemas dan nafasku seperti orang baru lari
marathon. Aku benar-benar pusing, terus aku
memejamkan mataku, ada lonjakan-lonjakan nikmat
di badanku mulai dari selangkanganku, ke pinggul,
dada dan akhirnya bikin badanku kejang-kejang
tanpa bisa aku kendalikan.
Aku coba atur nafasku, dan waktu aku mulai tenang,
aku buka mata, Ricky sudah buka celana dalamnya,
dan penisnya yang hampir maksimal langsung
berdiri di depan mukaku. Dia megangi batang
penisnya pakai tangan kanannya, tangan kirinya
membelai rambutku. Aku tahu dia mau
di-"karoake"-in, ada rasa jijik juga sih, tapi tidak adil
dong, dia sudah muasin aku, masaaku tolak
keinginannya. So aku buka mulutku, aku jilat sedikit
kepala penisnya. Hangat dan bikin aku ketagihan.
Aku mulai berani menjilat lagi, terus dan terus. Ricky
duduk di ranjang, kedua kakinya dibiarkan
terlentang. Aku duduk di ranjang, terus aku
bungkuk sedikit, aku pegang batang penisnya yang
besarnya lumayan itu pakai tangan kiriku, tangan
kananku menahan badanku biar tidak jatuh dan
mulutku mulai bekerja.
Mula-mula cuma menjilati, terus aku mulai emut
kepala penisnya, aku hisap sedikit terus kumasukkan
semuanya ke mulutku, ternyata tidak masuk, kepala
penisnya sudah menyodok ujung mulutku, tapi
masih ada sisa beberapa senti lagi. Aku tidak
maksakan, aku gerakkan naik-turun sambil aku
hisap dan sesekali aku gosok batang penisnya pakai
tangan kiriku. Ricky sepertiya puas juga sama
permainanku, dia mrlihati bagaimana aku
meng-"karaoke"-in dia sambil sesekali membuka
mulut sambil sedikit berdesah. Sekitar 5 menit
akhirnya Ricky tidak tahan, dia berdiridan
mendorong badanku ke ranjang sampai aku
terlentang, dibukanya pahaku agak lebar
dandijilatnya sekali lagi vaginaku yang sudah
kebanjiran. Terus dipegangnya penisnya yang
sudah sampai ke ukuran maksimal. Dia
mengarahkan penisnya ke vaginaku, tapi tidak
langsung dia masukan, dia gosok-gosokkan kepala
penisnya ke bibir vaginaku, baru beberapa detik
kemudian dia dorong penisnya ke dalam. Seperti
ada sesuatu yang maksa masuk ke dalam vaginaku,
menggesek dindingnya yang sudah dibasahi lendir.
Vaginaku sudah basah, tetap saja tidak semua penis
Ricky yang masuk. Dia tidak memaksa, dia cuma
mengocok-ngocok penisnya di situ-situ juga. Aku
mulai merem-melek lagi merasakan bagaimana
penisnya menggosok-gosok dinding vaginaku,
benar-benar nikmat. Waktu aku asik merem-melek,
tiba-tiba penis Ricky maksa masuk terus melesak ke
dalam vaginaku. "Aw... ah..." vaginaku perih bukan
main dan aku teriak menahan sakit. Ricky masih
menghentak dua atau tiga kali lagi sebelum akhirnya
seluruh penisnya masuk merobek selaput daraku.
"Stt... tahan sebentar ya, nanti juga sakitnya hilang."
Ricky membelai rambutku. Di balik senyum
nafsunya aku tahu ada rasa iba juga, karena itu aku
bertekad menahan rasa sakit itu, aku
menggelengkan kepala, "Tidak apa-apa... aku tidak
apa-apa. Terusin saja... ah..."
Ricky mulai menggerakkan pinggangnya naik-turun.
Penisnya menggesek-gesek vaginaku, mula-mula
lambat terus makin lama makin cepat. Rasa sakit
dan perihnya kemudian hilang digantikan rasa
nikmat luar biasa setiap kali Ricky menusukkan
penisnya dan menarik penisnya. Ricky makin cepat
dan makin keras mengocok vaginaku, aku sendiri
sudah merem-melek tidak tahan merasakan nikmat
yang terus-terusan mengalir dari dalam vaginaku.
"Tidak lama lagi... tidak bakalan lama lagi..." Ricky
ngomong di balik nafasnya yang sudah tidak karuan
sambil terus mengocok vagina aku. "Aku juga...
ah... oh... sebentar lagi... ah... aw... juga..." aku
ngomong tidak jelas sekali, tapi maksudnya aku
mau ngomong kalau aku juga sudah hampir
sampai klimaks. Tiba-tiba Ricky mencabut penisnya
dari vaginaku, dia tengkurapi aku, aku sendiri sudah
lemas tidak tahu Ricky mau apa, tapi secara naluri
aku angkat pantatku ke atas, aku tahan pakai lututku
dan kubuka pahaku sedikit. Tanganku menahan
badanku biar tidak ambruk dan aku siap-siap
ditusukdari belakang.
Beneran saja Ricky memasukkan penisnya ke
vaginaku dari belakang, terus dia kocok lagi
vaginaku. Dari belakang kocokan Ricky tidak terlalu
keras, tapi makin cepat. Aku sudah sekuat tenaga
menahan badanku biar tidak ambruk, dan aku
rasakan tangan Ricky meremas-remas dadaku dari
belakang, terus jarinya menggosok-gosok puting
susuku, bikin aku seperti diserang dari dua arah,
depan dan belakang. Ricky kembali mengeluarkan
penisnya dari vaginaku, kali ini dimasukkannya ke
anusku. Dia benar-benar memaksakan penisnya
masuk, tapi tidak semuanya bisa masuk. Ricky
sepertinya tidak peduli, dia mengocok anusku
seperti mengocok vaginaku, kali ini cuma tangan
kirinya yang meremas dadaku, tangan kanannya
sibuk main-main di selangkanganku, dia masukkan
jari tengahnya ke vaginaku dan jempolnya
menggosoki klitorisku.
Aku makin merem-melek, anusku dikocok-kocok,
klitorisku digosok-gosok, dadaku diremas-remas
dan putingnya dipelintir-pelintir, terus vaginaku
dikocok-kocok juga pakai jari tengahnya. Aku benar-
benar tidak kuat lagi, akhirnya aku klimaks, dan aku
merasakan Ricky juga sampai klimaks, dari anusku
kerasa ada cairan panas muncrat dari penis Ricky.
Akhirnya aku ambruk juga, badanku lemas semua.
Aku lihat Ricky juga ambruk, dia terlentang di
sebelahku. Badannya basah karena keringat terus,
kupegang badanku, ternyata aku juga basah
keringatan. Benar-benar kenikmatan yang luar
biasa.Tidak tahu berapa lama aku ketiduran, waktu
akhirnya aku bangun. Aku lihat arloji, sudah jam 2
subuh. Leherku kering, tapi waktu aku mau minum,
aku ingat gelas di kamarku sudah pecah gara-gara
kesenggol. Aku lihat ke lantai, banyak pecahan kaca,
terus aku ambil sapu, aku sapu dulu ke pinggir
tembok. Aku turun ke bawah, maksudnya sih mau
ambil minum di bawah, aku masih telanjang sih,
tapi aku cuek saja. Aku pikir si Alf pasti masih tidur
soalnya dia pasti capai juga olah raga malam bareng
Si Vivie.
Aku turun dan mengambil air dingin di kulkas.
Kebetulan villanya Vivie lumayan mewah, ada kulkas
dan TV. Aku ambil sebotol Aqua, terus sambil jalan
aku minum. Aku duduk di sofa, rencananya sih aku
cuma mau duduk-duduk sebentar soalnya di kamar
panas sekali. Tidak tahu kenapa, tapi aku akhirnya
ketiduran dan waktu aku bangun aku kaget setengah
mati. Aku lihatSi Alf dengan santainya turun dari
tangga langsung menuju kulkas, kayaknya mau
minum juga.
Aku bingung harus menutupi badanku pakai apa,
tapi aku telat Si Alf sudah membalik duluan dan dia
melongo melihat aku telanjang di depannya. Dia
masih melihatiku waktu aku menutupi
selangkanganku pakai tangan, tapi aku sadar
sekarang dadaku kelihatan, makanya tanganku
pindah lagi ke dada, terus pindah lagi ke bawah, aku
benar-benar bingung harus bagaimana, aku malu
setengah mati.
Alf akhirnya berbalik,
"Sorry, aku pikir kamu masih tidur di kamar. Jadi...
jadi..."
"Tidak apa-apa, ini salahku."
Aku masih mencari-cari sesuatu untuk menutupi
badanku yang telanjang polos, waktu akhirnya aku
juga sadar kalau Alf juga telanjang. Sepertinya dia
pikir aku masih di kamar sama Si Ricky, makanya
dia cuek saja turun ke bawah. Aku pikir sudah
terlambat untuk malu, toh Alf sudah melihatku dari
atas sampai ke bawah polos tanpa sehelai
benangpun, apalagi aku sudah tidak perawan lagi,
so malu apa. Cuek saja lah. "Kamu sudah boleh
balik, aku tidak apa-apa." Aku mengambil remot TV
terus menyalakan TV. Aku setel VCD, aku pikir
bagus juga aku rileks sebentar sambil nonton TV.
Alf juga sepertinya sudah cuek, dia berbalik tapi tidak
lagi melongo melihatiku telanjang, dia duduk sambil
ikut nonton TV.
Gilanya yang aku setel malah VCD BF. Tapi sudah
tanggung, aku tonton saja, peduli amat apa kata Si
Alf, yang penting aku bisa istirahat sambil nonton
TV.
"Bagaimana semalem?" aku buka percakapan
dengan Alf.
Dia berbalik, "Hebat, Vivie benar-benar hebat."
Alf sudah bisa nyengir seperti biasanya.
Aku mengangguk, "Ricky juga hebat, aku hampir
pingsan dibikinnya."
Alf nyengir lagi, lalu kami ngobrol sambil sesekali
menengok TV. Kayaknya tidak mungkin ada cowok
yang tahan ngobrol tanpa mikirin apa-apa sama
cewek yang lagi telanjang, apalagi sambil nonton
film BF. Tiap kali ngomong aku tahu mata Alf selalu
nyasar ke bawah, ka dadaku yang memang
lumayan menggoda. Aku tidak memuji sendiri, tapi
memang dadaku cukup oke, ranum menggoda,
bahkan lebih seksi dari kepunyaan Vivie, itu
sebabnya Alf tidak berhenti-berhenti melihati dadaku
kalau ada kesempatan. Ada sedikit rasa bangga juga
dibalik rasa maluku,dan sekilas kulihat penis Alf yang
mulai tegang. Aku nyengir dan sepertinya Alf tahu
apa yang aku pikirkan.

Dia pegang tanganku, "Boleh aku pegang, itu juga
kalau kamu tidak keberatan." Wah berani juga dia,
aku jadi sedikit tersanjung, terus aku mengangguk.
Alf pindah ke sebelahku, dia peluk aku dan
tangannya mulai remas-remas dadaku. Mula-mula
dia sedikit ragu-ragu, tapi begitu tahu kalau aku tidak
nolak dia mulai berani dan makin lama makin berani,
dan jarinya mulai nakal memelintir puting susuku.
Aku mulai merem-melek sambil memutar badanku.
Sekarang aku duduk di paha Alf berhadap-hadapan.
Alf langsung menyambar putingku dan lidahnya
langsung beraksi. Aku sendiri sudah kebawa nafsu,
aku mulai mengocok penisnya pakai tanganku dan
sepertinya Alf juga puas dengan permainanku. Aku
mulai terbawa nafsu, dan aku sudah tidak peduli apa
yang dia lakukan, yang jelas enak buatku.
Alf menggendongku, kupikir mau dibawa ke kamar
mandi, soalnya kamar di atas ada Vivie sama Ricky,
tapi tebakanku keliru. Dia malah menggendongku ke
luar, ke halaman villa. Aku kaget juga, bagaimana
kalau ada yang lihat kami telanjang di luar. Tapi
begitu Alf buka pintu luar, aku melihat di seberang
villa, sepasang cowok-cewek lagi sibuk nge-sex.
Cewek itu mendesah-desah sambil sesekali
berteriak. Aku lihat lagi ke sekitarnya, ternyata
banyak juga yang nge-sex di sana. Rupanya villa-
villa di sekitar sini memang tempatnya orang-orang
nge-sex. "Bagaimana? kita kalahkan mereka?" Alf
nyengir sambil menggendongku. Aku ikutan
nyengir, "Siapa takut?" terus Alf meniduriku di
rumput. Dingin juga sisa air hujan yang masih
membasahi rumput, punggungku dingin dan basah
tapi dadaku lebih basah lagi sama liurnya Si Alf.
Udara di luar itu benar-benar dingin, sudah di
pegunungan, subuh-subuh lagi. Wah tidak
terbayang bagaimana dinginnya deh. Tapi lama-
lama rasa dingin itu hilang, aku malah makin panas
dan nafsu, apalagi Alf jago benar mainkan lidahnya.
Sayup-sayup aku mendengarkan suara cewek dari
villa seberang yang sudah tidak karuan dan tidak ada
iramanya. Aku makin nafsu lagi mendengarnya, tapi
Alf sepertinya lebih nafsu lagi, dia itu seperti orang
kelaparan yang seolah bakal nelan dua gunung
kembarku bulat-bulat.
Lama juga Alf main-main sama dadaku, dan
akhirnya dia pegang penisnya minta aku
meng-"karaokei"-in itu penis yang besarnya
lumayan juga. Gara-gara tadi malam aku sudah
mencoba meng-"karaokei"-in penis Ricky, sekarang
aku jadi kecanduan, aku jadi senang juga
meng-"karaoke"-in penis, apalagi kalau besarnya
lumayan seperti punya Si Alf. Makanya tidak usah
disuruh dua kali, langsung saja aku caplok itu penis.
Aku tidak mau kalah sama permainan dia di dadaku,
aku hisap itu penis kuat-kuat sampai kepalanya jadi
ungu sekali. Terus kujilati mulai dari kepalanya
sampai batang dan pelirnya juga tidak ketinggalan.
Kulihat Alf melihati bagaimana aku main di bawah
sana. Sesekali dia buka mulut sambil berdesah
menahan nikmat. Aku belum puas juga, kukocok
batang penisnya pakai tanganku dan kuhisap-hisap
kepalanya sambil kujilati pelan-pelan. Alf merem-
melek juga dan tidak lama dia sudah tidak tahan lagi,
sepertinya sih mau keluar, makanya dia cepat-cepat
melepaskan penisnya dari mulutku. Aku tahu dia
tidak mau selesai cepat-cepat, makanya aku tidak
ngotot meng-"karaoke"-in penisnya lagi.
Alf sengaja membiarkan penisnya istirahat sebentar,
dia suruh aku terlentang sambil mengangkang. Aku
menurut saja, aku tahu Alf jago mainkan lidahnya,
makanya aku senang sekali waktu dia mulai jilati
bibir vaginaku yang sudah basah sekali. Benar saja,
baru sebentaraku sudah dibikin merem-melek gara-
gara lidahnya yang jago sekali itu. Sepertinya habis
semua bagian vaginaku disapu lidahnya, mulai dari
bibirnya, klitorisku, sedikit ke dalam ke daerah
dinding dalam, sampai anusku juga tidak
ketinggalan dia jilati.
Aku dengarkan, sepertinya pasangan di seberang
sudah selesai main, soalnya sudah tidak kedengaran
lagi suaranya, tapi waktu aku lihat ke sana, aku
kaget. Cewek itu lagi meng-"karaoke"-in cowok, tapi
bukan cowok yang tadi. Cowok yang tadi nge-sex
sama dia lagimembersihkan penisnya, mungkin dia
sudah puas. Sekarang cewek itu lagi
meng-"karaoke"-in cowok lain, lebih tinggi dari
cowok yang tadi. Gila juga itu cewek nge-sex sama
dua cowok sekaligus. Tapi aku tarik lagi
omonganku, soalnya aku ingat-ingat, aku juga sama
saja sama dia. Baru selesai sama Ricky, sekarang
sama Alf. Wah ternyata aku juga sama gilanya. Aku
nyengir sebentar, tapi terus merem-melek lagi
waktu Alf mulai melintir-melintir klitorisku pakai
bibirnya.
Alf benar-benar ahli, tidak lama aku sudah mulai
pusing, aku lihat bintang di langit jadi tambah
banyak dan kayaknya mutar-mutar di kepalaku. Aku
benar-benar tidak bisa ngontrol badanku. Ada
semacam setrum dari selangkanganku yang terus-
terusan bikin aku gila. "Ah... ah... Alf... Ah... berhenti
dulu Alf... Ah... Ah... Shhh..." aku tidak tahan sama
puncak nafsuku sendiri. Tapi Alf malah terus-terusan
melintir-melintir klitorisku. Aku benar-benar tidak
tahan lagi, aku kejang-kejang seperti orang ayan,
tapi sudahnya benar-benar enak sekali, beberapa
menit lewat, semua badanku masih lemas, tapi aku
tahu ini belum selesai.
Sekarang bagianku bikin Alf merem-melek,
makanya aku paksakan duduk dan mulai
menungging di depan Alf. Alf sendiri sepertinya
memang sudah tidak tahan ingin mengeluarkan
maninya, dia tidak menunggu lama lagi, langsung
dia tusukkan itu penis ke vaginaku. Ada sedikit rasa
sakit tapi tidak sesakit pertama vaginaku dimasukkan
penis Ricky. Alf tidak menunggu lama lagi, dia
langsung mengocok vaginaku dan tangannya tidak
diam, langsung disambarnya dadaku yang makin
ranum karena aku menungging. Diremasnya sambil
dipelintir-pelintir putingnya. Aku tidak tahan digituin,
apalagi badanku masih lemas, tanganku lemas
sekali, untuk menahan hentakan-hentakan waktu Alf
menyodokkan penisnya saja sudah tidak kuat. Aku
ambruk ke tanah, tapi Alf masih terus mengocokku,
dari belakang.
"Ah... euh... ah... aw..." aku cuma bisa mendesah
setiap kali Alf menyodokkan penisnya ke vaginaku.
Aku coba mengangkat badanku tapi aku tidak kuat,
akhirnya aku menyerah, aku biarkan badanku
ambruk seperti gitu. Alf memutarkan badanku, terus
disodoknya lagi vaginaku dari depan. Aku sudah
tidak bisa ngapa-ngapain, setiap kali Alf
menyodokkan penisnya selain dinding vaginaku
yang tergesek, klitorisku juga tergesek-gesek,
makanya aku makin lemas dan merem-melek
keenakan.
Alf memegang kaki kiriku, terus diangkatnya ke
bahu kanannya, terus dia mengangkat kaki kananku,
diangkatnya ke bahu kirinya. Aku diam saja, tidak
bisa menolak, posisi apa yang dia ingin terserah,
pokoknya aku ingin cepat-cepat disodok lagi. Aku
tidak tahan ingin langsung dikocok. Ternyata
keinginanku terkabul, Alf menyodokku lagi, kakiku
dua-duanya terangkat, mengangkang lagi, makanya
vaginaku terbuka lebih lebar dan Alf makin leluasa
mengocok-ngocokkan penisnya. Vaginaku diaduk-
aduk dan aku bahkan sudah tidak bisa lagi berdesah,
aku cuma bisa buka mulut tapi tidak ada suara yang
keluar.
"Aku mau keluar, aku mau keluar..." Alf
membisikkan sambil ngos-ngosan dan masih terus
mengocokku.
"Jangan di... jangan di dalam. Ah... ah... oh... aku...
aku tidak mau... hamil."
Aku cuma bisa ngomong gitu, seenggannya
maksud aku ngomong gitu, aku tidak tahu apa
suaraku keluar atau tidak, pokoknya aku sudah
usaha, itu juga sudah aku paksa-paksakan. Aku
tidaktahu apa Alf ngerti apa yang aku omongin, tapi
yang jelas dia masih terus mengocokku.
Baru beberapa detik lewat, dia mencabut penisnya,
kakiku langsung ambruk ke tanah. Alf mengangkang
di perutku, dan dia selipkan penisnya ke sela-sela
dadaku yang sudah montok sekali soalnya aku
sudah dipuncak nafsu. Kujepit penisnya pakai
dadaku, dan Alf mengocok-ngocok seolah masih di
dalam vaginaku. Tidak lama maninya muncrat ke
muka dan sisanya di dadaku. Aku sendiri klimaks
lagi, kulepaskan tanganku dari dadaku, maninya
mengalir ke leherku, dan mani yang di pipiku
mengalir ke mulutku. Aku bahkan tidak bisa
menutup mulutku, aku terlalu lemas. Aku biarkan
saja maninya masuk dan aku telan saja sekalian.
Belum habis lemasku, Alf sudah menempelkan
penisnya ke bibirku. Aku memaksakan menjilati
penisnya sampai bersih terus aku telan sisa
maninya. Alf menggendongku ke dalam, terus dia
membaringkanku di sofa. Aku lemas sekali makanya
aku tidak ingat lagi apa yang terjadi selanjutnya.
Yang jelas baru jam 8.00 aku baru bangun. Begitu
aku buka mata, aku sadar aku masih telanjang. Aku
memaksakan duduk, dan aku kaget kenapa aku ada
di kamar Vivie. Terus yang bikin aku lebih kaget lagi,
aku lihat sebelah kiriku Alf masih tidur sedangkan di
kananku Ricky juga masih tidur. Mereka berdua juga
masih telanjang seperti aku.
Belum habis kagetku, Vivie keluar dari kamar mandi
di kamarku, dia lagi mengeringkan rambutnya dan
sama-sama masih telanjang. Baru akhirnya aku tahu
kalau semalam Vivie bangun dan melihat aku lagi
nge-sex sama Alf. dia sih tidak marah, soalnya yang
penting buat dia Alf cinta sama dia, soal Alf
memuaskan nafsu sama siapa, tidak masalah buat
dia. Ternyata Vivie melihat dari jendela bagaimana
aku sama Alf nge-sex dan Ricky yang juga bangun
subuh-subuh kaget melihat aku lagi nge-sex sama
Alf. Dia keluar kamar, sepertinya mau melihat apa
benar aku lagi nge-sex sama Alf, tapi dia sempat
menengok ke kamar sebelah dan melihat Vivie yang
lagi nonton aku sama Alf nge-sex dari jendela. Ricky
langsung dapat ide, so dia masuk ke dalam dan
mengajak Vivie nge-sex juga. Singkat cerita mereka
akhirnya nge-sex juga di kamar. Dan waktu aku
sama Alf selesai, Alf menggendongku ke atas dan
melihat Ricky sama Vivie baru saja selesai nge-sex.
Makanya kami berempat akhirnya tidur bareng di
kamarnya telanjang bulat.
Hehehe, tidak masalah, kami berempat malah makin
dekat. Nanti malam juga kami bakalan nge-sexlagi
berempat, tidak masalah buat aku Ricky atau Alf
yang jadi pasanganku, yang penting aku puas. Tidak
masalah siapa yang muasin aku.
Seperti rencana kami semula, malam itu juga kami
nge-sex berempat bareng-bareng. Asik juga sekali-
kali nge-sex bareng seperti gitu. Ricky masih tetap
oke walaupun dia sudah ngocok Vivie duluan. Aku
masih kewalahan menghadapi penisnya yang
memang gila itu. Alf juga tidak kalah, biarkan dia
masih ngos-ngosan waktu selesai ngocok aku, dia
langsung sambar Vivie yang juga baru selesai sama
Ricky. Terus kami nge-sex lagi sampai akhirnya
sama-sama puas. Aku puas sekali, soalnya baru kali
ini aku dipuasi dua cowok sekaligus tanpa jeda. Baru
saja selesai satu, yang satunya sudah menyodok-
nyodok penisnya ke vaginaku. Pokoknya benar-
benar puas sekali deh aku.
Masuk ke cerita, malam ini kami rencana tidak akan
nge-sex lagi, soalnya sudah capai sekali dua hari
gituan melulu. Makanya Ricky sama Alf langsung
menghilang begitu matahari mulai teduh. Mereka sih
pasti main bola lagi, tidak bakalan jauh dari itu. Vivie
menghabiskan waktunya di villa, kayaknya dia capai
sekali, hampir seharian dia di kamar. Aku jadi bosan
sendirian,makanya aku putuskan aku mau jalan-
jalan. Kebetulan di dekat situ ada air terjun kecil.
Akurencana mau menghabiskan hari ini berendam
di sana, biar badanku segar lagi dan siap tempur
lagi. Aku tidak langsung ke air terjun, aku jalan-jalan
dulu mengelilingi kompleks villa itu. Besar juga, dan
villanya keren-keren. Ada yang mirip kastil segala.
Sepanjang jalan aku ketemu lumayan banyak orang,
rata-rata sih orang-orang yang memang lagi
menghabiskan waktu di villa sekitar sini. Hampir
semua orang yang ketemu melihati aku. Dari mulai
cowok keren yang adadi halaman villanya, om-om
genit yang sibuk menggodai cewek yang lewat
sampai tukang kebun di villa juga melihati aku. Aku
sih cuma nyengir saja membalas mata-mata
keranjang mereka.
Tidak aneh sih kalau mereka melihatiku, masalahnya
aku memang pakai baju pas-pasan, atasanku kaos
putih punyanya Si Vivie yang kesempitan soalnya
kamarku dikunci dan kuncinya terbawa Ricky. Aku
malas mencari dia, makanya aku pakai saja kaos Si
Vivie yang ada di meja setrika. Itu juga aku tidak
pakai bra, soalnya bra Vivie itu sempit sekali di aku.
memang sih dadaku jadi kelihatan nonjol sekali dan
putingnya kelihatan dari balik kaos sempit itu, tapi
aku cuek saja, siapa yang malu, ini kan kawasan villa
buat nge-sex, jadi suka-suka aku dong.
Oh ya aku jadi lupa, bawahan aku lebih gila lagi. Aku
tidak tega membangunkan Vivie cuma untuk
minjam celana atau rok, kebenaran saja ada
Samping Bali pengasih Ricky bulan lalu, ya aku pakai
saja. Aku ikat di kananku, tapi tiap kali aku
melangkah, paha kananku jadi terbuka, ya cuek saja
lah. Apa salahnya sih memarkan apa yang bagus
yang aku punya, benar tidak?
Singkat cerita, aku sampai ke air terjun kecil itu. Aku
jalan-jalan mencari tempat yang enak buat
berendam. Kaosku mulai basah dan dadaku makin
jelas kelihatan, apalagi Samping yang aku pakai,
sudah basah benar-benar kena cipratan air terjun.
Enak juga sih segar, tapi lama-lama makin susah
jalannya, soalnya Samping aku jadi sering keinjak.
Aku jadi ingin cepat-cepat berendam, soalnya segar
sekali airnya, dan waktu aku menemui tempat yang
enak, aku siap-siap berendam, aku lepas sandalku.
Tapi waktu aku mau melepas Samping-ku tiba-tiba
ada tangan yang memegang bahuku, aku berbalik
ternyata seorang cowok menodongi pisau lipat ke
leherku. Aku kaget camput takut, tapi secara naluri
aku diam saja, salah-salah leherku nanti digoroknya.
"Mau... mau apa lo ke gue?" aku tanya ke orang
yang lagi nodong pisau ke aku. Aku tidak berani lihat
mukanya, soalnya aku takut sekali. Ternyata cowok
itu tidak sendiri, seorang temannyamuncul dari balik
batu, rupanya mereka memang sudah ngincar aku
dari tadi. Temannya itu langsung buka baju dan
celana jeans-nya. Aku tebak kalau mereka mau
memperkosa aku. Ternyata tebakanku benar, orang
yang menodongi pisau bicara, "Sekarang lo buka
semua baju lo, cepet sebelum kesabaran gue habis!"
Aku jadi ingat bagaimana korban-korban perkosaan
yang akulihat di TV, aku jadi ngeri. Jangan-jangan
begitu mereka selesai perkosa aku, aku dibunuh.
Makanya aku beranikan diri ngomong kalau aku
tidak keberatan muasin mereka asal mereka tidak
bunuh aku.
"Oke... oke, aku buka baju. Kalem saja, aku tidak
masalah muasin elu berdua, tapi tidak usah pakai
nodong segala dong." Aku berusaha ngomong,
padahal aku lagi takut setengah mati. Orang yang
nodongin pisau malah membentak aku, "Goblok,
mana ada cewek mau diperkosa, elu jangan
macem-macem ya!" Aku makin takut, tapi otakku
langsung bekerja, "Santai dong, emangnya gue
berani pakai baju ginian kalau gue tidak siap
diperkosa orang? Lagian apa gue bisa lari pakai
samping kayak ginian?" Kedua orang itu melihati
aku, terus akhirnya pisau itu dilipat lagi. Aku lega
setengah mati, tapi ini belum selesai, aku masih
harus puasin mereka dulu.
Aku mulai buka Samping-ku, "Maunya bagaimana,
berdua sekaligus atau satu-satu?" Orang yang tadi
nodongin pisau melihat ke orang yang satunya,
"Eloe dulu deh. Gue lagi tidak begitu mood."
Temannya mengangguk-angguk dan langsung
mencaplok bibirku. Aku lihat-lihat, ganteng juga nih
orang. Aku balas ciumannya, dia sepertinya mulai
lebih halus, pelan-pelan dia remas dadaku dan tahu-
tahu aku sudah ditiduri di atas batu yang lumayan
besar. Dia tidak langsung main sodok, dia lebih
senang main-main sama dadaku, makanya aku jadi
lebih rileks, so aku bisa menikmati permainannya.
"Ah... yeah... ah... siapa... siapa nama loe?" aku
tanya dibalik desahan-desahanku menahan nikmat.
Dia nyengir, mirip sekali Si Alf, dia terus membuka
celana dalam birunya, dan penisnya yang sudah
tegang sekali langsung nongol seperti sudah tidak
sabar ingin menyodokku. Tidak usah disuruh, aku
langsung jongkok, tanganku memegang batangnya
dan ternyata masih menyisa sekitar 5 - 7 senti. Aku
jilat kepala penisnya terus aku kulum-kulum
penisnya. Dia mulai menikmati permainanku, "Oke...
terus... terus... Yeah..." Ternyata ada juga cowok
yang suka berdesah-desah kayak gitu kalau lagi nge-
sex. Aku berhenti sebentar,
"Belum dijawab?"
"Oh, sorry. Nama gue Jeff."
Dia menjawab sambil terus merem-melek
menikmati penisnya yang aku kulum dan kuhisap-
hisap. Kulihat-lihat sepertinya aku kenal suaranya.
"Elo tinggal di sini juga ya, elu yang lusa kemarin
ngentot di halaman villa?"
Jeff kaget juga waktu aku ngomong gitu.
"Memang elu tahu dari mana?"
Aku nyengir terus aku teruskan lagi menghisap
penisnya yang sudah basah sekali sama liurku.
Aku berhenti lagi sebentar, "Gue lihat elu. Gila lu ya !
berdua ngentotin cewek, keliatannya masih kecil
lagi." Jeff nyengir, "Itu adik kelas gue, dia baru 15
tahun, tapi bodinya oke sekali. Gue ajakin ke sini,
dan gue entot bareng Si Lex. Dia sendiri sepertinya
suka digituin sama kami berdua." Aku tidak
meneruskan lagi, aku berhenti dan langsung cari
posisi yang enak buat nungging. Jeff mengerti
maksudku, dia langsung menyodok penisnya ke
vaginaku bareng sama suara eranganku. Terus dia
mulai mengocok, mulanya sih pelan-pelan terus
tambah cepat. Terus dan terus, aku mulai merem-
melek dibikinnya. Terus dia cabut penisnya, aku
digendong dan dia masukkan penisnya lagi ke
vaginaku. Terus dia mengocok aku sambil bediri,
seperti gaya ngocoknya Tom Cruise di film Jerry
Maguire. Vaginaku seperti ditusuk-tusuk keras sekali
dan aku makin merem-melek dibuatnya. Dan
akhirnya aku tidak tahan lagi, aku kejang-kejang dan
aku menjerit panjang. Pandanganku kabur, dan aku
pusing. Aku hampir saja jatuh kalau Jeff tidak cepat-
cepat memegangi pinggangku.
Aku lagi nikmati puncak kepuasanku, tiba-tiba
seorang sedang mendekatiku, sepertinya sekarang
dia nafsu sekali gara-gara mendengarkan desahan-
desahanku. Dia sudah telanjang dan penisnya sudah
tegang sekali. Aku tahu dari mukanya kalau dia
sedikit kasar, makanya aku tidak banyak cing-cong
lagi, aku langsung maksakan bangun dan jongkok
meng-"karaoke"-in penisnya. Penisnya sih tidak
besar-besar sekali, tapi aku ngeri juga melihat otot-
otot di sekitar paha dan pantatnya. Jangan-jangan
dia kalau ngocok sekeras-kerasnya. Bisa-bisa
vaginaku jebol.
Lama juga aku meng-"karaoke"-in penisnya, dan
akhirnya dia suruh aku berhenti. Aku menurut saja,
dan langsung ambil posisi menungging. Aku sudah
pasrah kalau dia bakal menyodok-nyodok vaginaku,
tapi kali ini tebakanku salah. Dia tidak masukkan
penisnya ke vaginaku, tapi langsung ke anusku.
"Ah... aduh..." anusku sakit soalnya sama sekali
tidak ada persiapan. Tapi rupanya Lex tidak peduli,
dia tetap maksakan penisnya masuk dan memang
akhirnya masuk juga. Walaupun penisnya kecil tapi
kalau dipakai nyodok anus sih ya sakit juga. Benar
dugaan aku, dia kalau nyodok keras sekali terus tidak
pakai pemanasan-pemanasan dulu, langsung
kecepatan tinggi. Aku cuma bisa pasrah sambil
menahan perih di anusku. Dadaku goyang-goyang
tiap kali dia menyodok anusku, dan sepertinya itu
membuat dia makin nafsu. Dia tambah kecepatan
dan mulai meremas dadaku.
Benar-benar kontras, dia mengocok anusku cepat
dan keras, tapi dia meremas dadaku halus sekali dan
sesekali melintir-melintir putingnya. Mendadak rasa
sakit di anusku hilang, aku mulai merasakan
nikmatnya permainan tangannya di dadaku. Belum
habis aku nikmati dadaku diremas-remas, tangan
kirinya turun ke vaginaku dan langsung menyambar
klitorisku, mulai dari digosok-gosok sampai
dipelintir-pelintir. Rasa sakit kocokannya sudah
benar-benar hilang, sekarang aku cuma merasakan
nikmatnya seluruh tubuhku.
Aku mulai merem-melek kegilaan dan akhirnya aku
sampai ke puncak yang kedua kalinya hari itu, dan
bersamaan puncak kenikmatanku, aku merasakan
cairan hangat muncrat di anusku, aku tahu Lex juga
sudah sampai puncak dan aku sudah lemas sekali,
akhirnya aku ambruk. Mungkin aku kecapaian
soalnya tiga hari ini aku terus-terusan mengocok,
tidak sama satu orang lagi, selalu berdua. Aku masih
sempat lihat Jeff menggendong aku sebelum
akhirnya aku pingsan. Aku tidak tahu aku dimana,
tapi waktu aku bangun, aku kaget melihat Ricky lagi
mengocok cewek. Cewek itu sendiri sibuk
mengulum-ngulum penisnya Alf. Aku paksakan
berdiri, dan waktu aku lihat di sofa sebelah, ada
pemandangan yang hampir sama, bedanya Jeff
yang lagi sibuk mengocok cewek dan aku lihat-lihat
ternyata cewek itu Vivie. Vivie juga sibuk
mengulum-ngulum penis Lex. Aku jadi bingung,
tapi aku tetap diam sampai mereka selesai main.
Terus aku dikenali sama cewek mungil yang tadi
nge-sex bareng Ricky dan Alf, namanya Angel. Aku
baru ingat kalau tadi aku pingsan di air terjun habis
muasin Jeff sama Lex. Ternyata Jeff bingung mau
bawa aku ke mana, kebenaran Ricky dan Alf lewat.
Mereka sempat ribut sebentar, tapi akhirnya akur
lagi, dengan catatan mereka bisa menyicipi Angel
ceweknya Jeff sama Lex. Angel sendiri setuju saja
sama ajakan Ricky sama Alf, dan waktu mereka lagi
mengocok, Vivie kebetulan lewat. Alf memanggil dia
dan dikenali sama Jeff dan Lex, terus mereka
akhirnya nge-sex juga. Makin asik juga, sekarang
tambah lagi satu cewek dan dua cowok di kelompok
kami, dan seterusnya kami jadi sering main ke villa
itu untuk muasin nafsu kami masing-masing. Dan
kami kasih nama kelompok kami "MAGNIFICENT
SEVEN".
TAMAT


Adult | GO HOME | Exit
1/1249
U-ON

inc Powered by Xtgem.com